Belajar Toleransi Beragama Pada Riyanto, Banser NU Korban BOM Malam Natal

Foto : google.com
Beberapa hari ini, setelah memasuki suasana Natal tiba-tiba saya teringat dengan sosok seorang yang saya anggap seorang pahlawan jaman now. Beliau adalah Riyanto, seorang anggota Barisan Ansor Serbaguna Nahdatul Ulamah (BANSER NU) Mojokerto yang gugur dalam pengamanan Misa Natal di Gereja Eben Haezer Mojokerto akibat melindungi jamaat yang sedang berdoa dari bungkusan misterius yang ternyata berisi BOM.

Mengutip dari http://www.nu.or.id, kronologi yang terjadi pada saat itu sebagai berikut
Saat itu pukul 20.30 WIB. Perjalanan ibadah baru separuhnya berjalan. Tiba-tiba ada yang menyampaikan kabar bahwa di depan pintu gereja ada bungkusan hitam yang mencurigakan. 

Mendengar hal itu, tangkas dan tanpa ragu khas Banser, Riyanto membuka bungkusan tersebut. Ternyata isinya kabel yang terhubung dengan rangkaian yang memercikkan api. 

Mungkin saat itu, Riyanto tahu bahwa itu adalah bom. Mungkin ia punya kesempatan untuk kabur sesegera mungkin untuk menyelamatkan diri. Namun ia tidak begitu. Ia malah berteriak "tiaraaaap" sambil lari mendekap bungkusan tersebut menjauh gereja yang di dalamnya terdapat ratusan jemaat yang sedang beribadah. 

“Dluuuuaaar…“ sesuatu meledak di dekapan Riyanto. Tubuhnya terpental hingga seratusan meter. Kuatnya daya ledak, merobohkan pagar beton gereja. Jari tangan dan muka Riyanto hancur dan susah untuk dikenali kembali. 

Tujuh belas tahun sudah kejadian ini terjadi, seakan masyarakat tak kenal lagi siapa sosok Riyanto. Untuk mengenang pengorbanannya, pakaian yang dipakai oleh Riyanto saat tragedi  ini disimpan di Musium Nahdatul Ulamah Jalan Gayungsari, Surabaya meski seragamnya tak lagi gagah dan terlihat sobek di berbagai bagian akibat dasyatnya BOM.

Selain itu, Pemerintah Kota Mojokerto beberapa tahun silam menjadikan nama Riyanto sebagai nama salah satu jalan didekat kediaman beliau, bahkan dibangunkan sebuah gapura besar seakan mengajarkan masyarakat agar tidak lupa akan sosok seorang Riyanto.
Gapura Jalan Riyanto. maps.google.com
Saat ini, Toleransi beragama seakan menjadi hal yang sangat sulit untuk dijalani, banyak keributan karena perbedaan pendapat. Padahal apabila kita bisa saling menghormati satu antara lain, kedamaian dan kerukunan pastilah akan kita dapatkan. Marilah berkaca pada tragedi 24 Desember 2000 ini, bagaimana sosok  Riyanto yang mengajarkan kita pentingnya toleransi beragama, bisa saja dia pergi menyelamatkan diri sendiri, namun karena rasa kemanusiaannya dia lebih mementingkan kenyamanan dan keamanan jemaat yang melaksanakan malam Misa Natal.


EmoticonEmoticon